Minggu, 22 Januari 2023

Belajar Tentang Monumen Nasional

 

Belajar Tentang Monumen Nasional – Kalau mendengar tentang Monas tentu saja yang ada di pikiran kita adalah sebuah monumen yang ada di Jakarta. Jika ke Jakarta tidak lengkap kalau kita tidak melihat dan berfoto di depan Monumen ini. Dimana Monumen Nasional atau Monas ini di bangun dengan tujun untuj mengenang sejarah perjuangan yang ada di Jakarta. Selain untuk mengenang perjuangan paara pahlawan yang ada di Jakarta Monas yang saat ini dijadikan juga sebagai tempat wisata dan pusat pendidikan bagi para wisatawan lokal maupun wisatawan asing. Monas sendiri mulai dibangun pada tanggal 17 Agustus 1961. Sedangkan arsitek Monumen Nasional adalah Soedarsono, Frederich Silaban, dan Ir. Rooseno. Hingga akhrnya Monas kemudian diresmikan dan dibuka untuk umum pada 1975.

 


Menbentuk Personil

Sebenarnya untuk membangun Monas sudah ada sejak tahun 1954. Dimana pada saat itu beberapa hari sesudah peringatan proklamasi kemerdekaan Indonesia ke-9, maka kemudian dibentuk Panitia Tugu Nasional dimana mereka bertugas untuk mengupayakan berdirinya Tugu Monas. Ketua dari panitia ini adalah Sarwoko Martokusumo, yang dibantu oleh S Suhud sebagai penulis, Sumali Prawirosudirdjo sebagai bendahara, dan empat anggota lainnya, yaitu Supeno, KK Wiloto, EF Wenas, dan Sudiro. Panitia Tugu Nasional juga bertanggung jawab untuk menyiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan untuk membangun Tugu Monas serta bertugas untuk mengumpulkan biaya pembangunannya. Setelah itu, Presiden Soekarno membentuk panitia pembangunan Monas bernama Tim Yuri. Tim ini melakukan dua kali pertemuan, yaitu pada tanggal 17 Februari 1955 dan 10 Mei 1960, untuk merancang bagiamana bentuk bangunan Tugu Monas nantinya. Namun, setelah dua kali pertemuan, belum ada gambaran rancangan yang dianggap memenuhi kriteria yang diinginkan sebenarnya. Akhirnya, Soekarno menunjuk beberapa arsitek yang terkenal, yaitu Soedarsono dan Frederich Silaban untuk menggambar rancangan bagaimana Tugu Monas nantinya. Mereka berdua  memutuskan untuk masing – masing menggambar dan hasil gambar yang dipilih Soekarno adalah milik Soedarsono. Bentuk tugu yang menjulang tinggi dengan pelataran cawan yang luas mendatar merupakan representasi dari lingga dan yoni. Dalam ajaran Hindu, penyatuan lingga dan yoni akan menghasilkan kekuatan tertinggi. Selain itu, lingga dan yoni melambangkan ciri khas Indonesia, sedangkan lingga menyerupai alu dan yoni menyerupai wadah yang berupa lumpang. Alu dan lumpang adalah dua alat yang dianggap penting yang dimiliki oleh setiap keluarga yang ada di Negara Indonesia, biasanya rakyat pedesaan. Dalam rancang yang dibuat oleh Soedarsono, dia mengambil beberapa unsur saat proklamasi kemerdekaan Indonesia dilaksanakan. Seperti di atas tugu terdapat bagian yang menyerupai api yang menyala dan seakan tidak akan padam. Hal tersebut melambangkan keteladanan semangat bangsa Indonesia yang tidak akan pernah surut dan terus berjuang sepanjang masa.

 

Proses Pembuatannya

Setelah rancangan tersebut disetujui, proses pembangunan Tugu Monas mulai dilaksanakan melalui tiga tahapan. Tahapan pertama pada tahun 1961hingga 1965, utuk tahap yang kedua antara 1966 sampai 1968 dan sedangkan untuk tahap yang ketiga dikerjakan pada 1969 sampai 1976. Untuk tahap pertama, proses pembangunan Monumen Nasional diawasi langsung oleh Panitia Monumen Nasional dan untuk biaya yang digunakan berasal dari sumbangan masyarakat. Sedangkan untuk tahap selanjutnya yaitu tahapan kedua, proses pembangunan masih diawasi oleh panitia Monas, tetapi yang beda adalah sumber biaya dari Anggaran Pemerintah Pusat. Dan untuk tahapan ketiga atau yang terakhir, pembangunan Monas diawasi oleh Panitia Pembina Tugu Nasional dengan sumber dana berasal dari Pemerintah Pusat atau Direktorat Jenderal Anggaran melalui Rencana Pembangunan Lima Tahun (Repelita).

 

Mulai Di Buka

Berdasarkan Surat Keputusan yang di keluarga Gubernur DKI Jakarta yang saat itu di jabat oleh Ali Sadikin Nomor CB 11/1/57/72, Monas secara perlahan mulai dibuka untuk umum pada 18 Maret 1972. Saat itu, Gubernur DKI Jakarta tersebut membuka kawasan untuk rombongan atau organisasi dan bahkan siswa ke ruang tenang dan ruang museum. Pada 1973, Gubernur Ali Sadikin mengizinkan pengunjung naik sampai ke pelataran puncak Monas. Pada tanggal 10 Juni 1974, Gubernur DKI Jakarta meresmikan taman di bagian barat Monas atau dikenal dengan nama Taman Ria. Hingga akhirnya Monas dibuka untuk umum setelah peresmian yang dilakukan oleh Presiden Soeharto pada 12 Juli 1975 saat pembangunannya sudah selesai. Dan untuk total dana yang dikeluarkan untuk membangun Monas sejak 1961 hingga 1965 ini adalah sebesar Rp 58 miliar rupiah.

 

 

Sumber : https://www.kompas.com/ 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar